Friday, June 30, 2006

mentari menenggak keringat

mentari menenggak keringat
lintasi cakrawala senja
diantara bayang-bayang siang
terseret ke ujung dunia
selusin pelor sapa dirimu
melesat tertancap..
mengerang..
banjir darah pertiwiku..
sejuta wajah hanya membisu
diantara todongan sang penguasa
ludes..
segala tak bersisa
terjarah anjing-anjing sejarah
sejuta wajah terkapar
berlinang debu kepedihan
tercampur aduk dalam tanya

mentari kembali tertidur
ditumpuknya harapan
terlupakan..
sampai akhirnya..
hanya..
panas yang terasa
kegilaan bakar kesepian
tembus..
lubang-lubang kekosongan
dari debu yang kuburkannya


.......{..}..........

kutaktahu..
kapan kita bersama
tak kumengerti..
awal dari perjumpaan ini
dan tak akan pernah kuterima
segala akhir kisah cinta kita
biarlah apa adanya...
mengalir dengan sendirinya
tak usah hiraukan
bayang di sekitar..
usik kita...
karena kutahu...
ketakutan selalu rindu kita

senyuman...
hiburan yang termurah
diantara ketakutan kita
biarlah itu temani kita
sampai akhirnya..
pelukanmu..
hapus semua
hingga akhirnya..
hangat bibirmu..
larutkan ketakutan
akan asa kita
diantara kebohongan..
yang selalu...
menjejali jalan kita


kau permata yang terindah

  • kau permata yang terindah
  • dalam dekapanku kini
  • yang selalu hiasi didalam mimpi
  • kau pelangi yang menari
  • dalam kerinduanku kini
  • yang selalu warnai didalam hari
  • takkan usai waktu
  • kala kupandang wajahmu
  • takkan lekang rindu
  • kala kupeluk dirimu
  • tetap kau yang terindah
  • walau hanya sesaat
  • tetap kau yang mempesona
  • di perbatasan kota


Thursday, June 29, 2006

kedamaian bagai barang yang mahal

nyanyian jengkerik getarkan hatiku
sadarkan indahnya Indonesiaku
lantunan nada katak iringi malam
menghibur hati sang Ibu Pertiwi
kucoba sisakan malam ini
tuk nikmati simfoni malam
lepaskan kepedihan tuk sesaat
tanah airku...
yang saat ini terus mengerang
kedamaian malam ; kau buatku malu
tak ada setitik dendam akan siang dihatimu
kau coba singkirkan keraguanku
akan artinya kedamaian yang selalu kurindu

kuangkat kepala keatas penuh harap
tatap sang bintang yang bertebaran
tak sadar air mata menetes ke bumi
rinduku akan kebahagiaan di bumi pertiwi
kepada siapa kuberharap...
apakah pada rakyat yang selalu meratap..
ataukah pada yang diatas sana yang saling menghujat...
aku hanya mampu tarik nafas panjang
diiringi desiran angin malam
aku tertidur bersama mimpi yang damai
yang selalu kudambakan dibumi pertiwi